Sep 15, 2016

Published 7:58 AM by with 0 comment

Subuh itu...

Perjalanan subuh itu menjadi perjalanan paling emosional bagiku. Tak kuat rasanya aku meninggalkan ia yang tak berdaya seorang diri. Kenapa ini harus terjadi ? Disaat senyumnya mulai terlihat kembali menghias wajah keriputnya. Senyum bahagia melihat cucunya yang lama menghilang. Bahagia karena harinya kini tak lagi sepi. Namun, kebahagiaannya hanya sesaat, kini ia kembali sendiri tak berdaya dengan penyakitnya. Maafkanku, Aku harus kembali pergi.

Sungguh perjalanan subuh itu menjadi perjalanan paling menyayat hatiku. Habis rasanya persediaan air mataku ini dalam perjalanan singkat cengkong-jakarta ini. Kesedihan nampak jelas di wajahnya tak dapat ia sembunyikan dariku. Tak banyak kata perpisahan yg terucap. Ia hanya berpesan "hati-hati di jalan nya Jang". Baginya kata perpisahan hanya akan menambah lukanya. Selintas ia mencoba untuk tersenyum, namun yang terlihat hanya senyum pilu. Maafkan aku. Aku harus kembali pergi.

Perjalanan subuh itu telah membuatku menjadi mahkluk paling melankolis saat itu. Sedetik ingatan tentangnya, sejurus tangisan menyertai.
Paman dengan sangat perlahan mengendarai motor, merayap dengan pasti mengantarku meninggalkan desa. Seakan tahu bahwa sebagian hatiku masih tertinggal di desa ini. sepertinya ia tahu aku masih ingin berlama-lama disini.

Ya Tuhan 1 doaku, kumohon kuatkanlah hambaMu ini.

Kuatkan jiwa dan raganya dalam melawan penyakitnya.
Serta kuatkan lah kami agar ikhlas menerima keadaan.

Kereta Karanwang-Jakarta, 8 September 2016
    email this       edit

0 comments:

Post a Comment