Apr 12, 2017

Published 11:08 PM by with 0 comment

Aku dan PPT (Para Pencari Toga)

        Sudah mengakar rasanya pantatku di lantai teras ini, kalau dihitung seberapa lamanya aku duduk di sini. Sudah memperihatinkan keadaan kedua bola mataku, yang tak kunjung aku istirahatkan untuk terus memandangi layar laptop usangku. Sudah hampir kekar tanganku pula ini bila ditimbang berapa banyak kata dan kalimat yang aku tulis berhalaman-halaman. Namun, seberapa banyak pun juga kata-kata tersebut rasa-rasanya tidak ada lagi yang bisa menggambarkan betapa bosannya aku sekarang. Kalau saja ada kata yang memiliki makna melebihi dari makna kata bosan atau muak, bisa jadi begitulah perasaanku saat ini. Ya, aku sudah sangat bosan menjalani rutinitas sebagai mahasiswa tingkat akhir dengan tumpukan tugas berupa proposal, instrument dan sekutu-sekutunya. Di teras depan sekretaiat UKM, di tengah hiruk-pikuk kehidupan para manusia pencari toga inilah aku habiskan waktu untuk bergulat dengan semua tugas itu. Dari mulai hari masih terang, perlahan berganti gelap, dan sampai hari kembali terang aku masih disini. Tampak terlihat raut-raut muka bosan dari orang-orang yang datang dan pergi, mungkin mereka bosan melihat sesosok mahasiswa ‘tua’ yang tidak mengenal waktu.
        Dari phenomena mahasiswa tua ini, aku berpikiran bahwa "Waktu" memang sangat cepat berlalu. Tidak terasa begitu lamanya aku duduk disini. Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku baru menyalakan laptop usang ini, nyatanya sudah hampir 2 hari pantatku bercokol mantap diatas singgasana ini. Aku yakin tidak sedikit yang pernah merasakan betapa singkatnya waktu seperti yang kualami sekarang. Sering juga aku temui orang entah itu kawan sejawat ataupun para orang tua yang sering mengungkapkan kepada ku betapa singkatnya waktu telah berlalu. Aku ingat ada seorang ibu-ibu seumuran nenekku, Aku biasa memanggilnya Bi Dedeh. Setelah sekian tahun lamanya tak bertemu, betapa kagetnya ia dengan keadaanku saat aku temui ia pada kesempatan mudik kala itu. “Subhanallah, eleuh-eleuh... kamu teh bener si wahab cucunya aki mansyur? Udah besar kamu ya… tinggi sekali euy, sepertinya teh baru kemarin kamu saya gendong-gendong” ungkapnya penuh dengan keheranan. “Terus sekarang mau gendong saya lagi Bi ?” candaku, disambut dengan gelak tawa.
        Teringat akan kejadian itu, aku pun semakin merasa singkatnya waktu yang aku lewati dalam kehidupan pribadiku. Aku teringat masa-masa dimana bermain masih memenuhi hari-hariku kala itu. Di sebuah kampung kecil jauh dari hiruk-pikuk kota tepatnya. Aku masih ingat betul suasana panen raya disana, bagaimana gatalnya bermain diatas tumpukan jerami, tajamnya sisa-sisa tanaman padi di lahan sawah kering yang kami jadikan lapangan bola, atau lezatnya belalang goreng yang aku tangkap, olah, dan santap sendiri. Perasaan senang nikmat dan bahagianya masih teringat betul seolah baru saja terjadi beberapa hari yang lalu. Oleh karenanya, tidak heran kalau Bi Dedeh tadi sampai mengekspresikan keheranannya seheboh itu.
        Aku kemudian berakhir pada kesimpulan bahwasanya memang benar adanya, waktu berlalu begitu singkat. Kesimpulan pun berujung pada kesadaran bahwa betapa singkatnya usia hidup rata-rata seorang manusia bila dibandingkan dengan waktu yang sudah dan terus akan berjalan. Kisahku dan Bi Dedeh tadi adalah contoh kecil yang menunjukan betapa singkat dan berharganya waktu yang kita miliki. Kini aku sadar banyak hal telah Aku lalui. Mimpi-mimpi yang tidak terwujud, yang sudah terwujud atau pun semuanya telah aku lalui tanpa disadari. Aku yang rasanya baru beberapa hari yang lalu, tidak lebih hanya seorang bocah ingusan kini telah beranjak dewasa. Lebih jauh lagi, masa- masa OKK (orientasi kehidupan kampus) yang rasanya baru kemarin aku lalui, kini aku disibukan dengan tanggung jawab sebagai mahasiswa akhir dan bersiap untuk lulus sebagai seorang sarjana (amin). Bersyukur semua berjalan lancar dan cepat pikirku. Impianku dulu pun akan segera terwujud dan Aku harus siap untuk beralih dengan impian-impianku yang baru telah aku rangkai. Impian yang menjadikan aku semangat menjalani hidup yang singkat ini.
        Tidak terasa hari semakin terang saja, suara motor para pejuang toga kembali meramaikan suasana kampus, dan aku pun harus segera bersiap untuk pergi ke sekolah untuk mengajar mengingat aku mahis harus menyelesaikan PPL-REAL. Aku pun harus mencukupkan dulu dengan skripsinya, aku akan lanjutkan lagi nanti. Begitu pula dengan tulisan ini, aku sudahi dulu dan sampai jumpa lagi di lain WAKTU.





13 April 2017
Di  teras depan Sekretariat MPA LS
    email this       edit

0 comments:

Post a Comment